BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang
dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Pembelajaran ibarat jantung dari
proses pendidikan. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan
hasil belajar yang baik pula, demikian pula sebaliknya.
Membelajarkan
anak usia dini gampang-gampang susah. Kadang kita memberikan fasilitas belajar
yang mahal dan berharap anak belajar banyak, tetapi kenyataannya malah anak
tidak belajar. Kadang dengan mainan yang amat sederhana dan murah anak-anak
sangat tertarik dan ingin tahu banyak tentang mainan itu dan mekanisme
kerjanya. Bermain sambil belajar, dimana esensi bermain menjiwai setiap
kegiatan pembelajaran amat penting bagi PAUD.
Pembelajaran
anak usia din menggunakan esensi bermain. Esesnsi bermain meliputi perasaan
senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa, dan merdeka. Pembelajaran hendaknya
disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut
serta dan tidak terpaksa. Guru memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan
bermain tersebut, sehingga anak secara tidak sadar telah belajar berbagai hal.
Materi
pembelajaran PAUD juga amat variatif. Ada pendapat yang menyatakan bahwa PAUD
hanya mengembangkan logika berpikir, berprilaku, dan berkreasi. Adapula yang
menyatakan bahwa PAUD juga mempersiapkan anak untuk siap belajar, yaitu siap
belajar berhitung, membaca, menulis. Ada pula yang menyatakan bahwa materi
pembelajaran bebas. Yang penting PAUD mengembangkan aspek moral, emosional,
social, fisik motork dan intelektual. Banyak pertanyaan dari guru dan orang tua
tentang bagaiman mengajarkan anak agar sesuai tingkat perkembangannya mampu
mengenal bilangan, berhitung, membaca dan menulis.
Pada kenyataan dilapangan hasil belajar siswa selama ini masih kurang dan
belum sesuai dengan yang diharapkan, baik secara intelektual maupun sikap.
Siswa belum mencapai tahap kompetensi yang ideal. Oleh karena itu perlu adanya
perubahan dalam proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung
selama ini. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan mencoba
membahas Model PAIKEM karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak,
mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut;
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran PAIKEM ?
2. Apa yang dimaksud dengan model
pembelajaran kelompok dengan sudut pengaman ?
1.3. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas bertujuan untuk Mengetahui Pengertian,
Ciri-Ciri, Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan, Prinsip-Prinsip, dan
Langkah-Langkah dari pendekatan pembelajaran PAIKEM dan model pembelajaran
kelompok dengan sudut pengaman.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Model PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran
guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang
menyenangkan. Learning is fun
merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah
menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas,
perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan,
keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara
diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya
kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada
yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau
mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan
kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan
fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental,
diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”)
tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti
meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika
proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran
memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran
hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut
tak ubahnya seperti bermain biasa.
Siswa tidak memungkiri metode “PAIKEM” sama dengan pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan” merupakan metode yang sangat
mengerti dan memahami kondisi siswa. bagaimana guru menyampaikan materi
merupakan penilaian utama siswa, seorang guru mempunyai wawasan yang luas akan
tergambar dengan cara bagaimana seorang guru menyampaikan pembelajaran di
kelas, fokus terhadap materi dan penyampaian yang mudah dimengerti oleh siswa.
peduli terhadap siswa dan tidak pilih-memilih (diskriminatif), performance yang
menarik serta bisa dijadikan partner dalam berdiskusi dan berkeluh kesah
merupakan sekian banyak kriteria yang siswa sampaikan jika seorang guru ingin
menjadi favorit di mata siswa (Herman, 2008).
1. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan
untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kompetensinya.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memposisikan dirinya sebagai
fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of
learning) kepada siswa. Dalam kegiatan ini siswa terlibat secara
aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak
memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses
pembelajaran. (Rusman, 2010: 322-324).
2. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong
aktivitas belajar. Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran
itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator
belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar. Dalam strategi
pembelajaran yang inovatif ini, guru tidak saja tergantung dari materi
pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru
yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari
siswa. Demikian pula siswa, melalui aktivitas belajar yang dibangun melalui
strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal
yang sedang dia pelajari.
Pembelajaran yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan
temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu
merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas
atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama menjadi guru. Melalui
pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta tentang teknologi dan
mereka bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada sekarang ini. Dengan
demikian pembelajaran diwarnai oleh hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.(Uno, 2012: 11).
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru
untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran
berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi,
misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah.
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik
dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.
Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni
menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki
sesuatu.Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa
terbiasa mengembangkan kreativitasnya. Pada umumnya, berpikir kreatif memiliki
empat tahapan sebagai berikut, yaitu:
a. Tahapan pertama; persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi untuk diuji.
b. Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu
untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan
bahwa hipotesis tersebut rasional.
c. Tahap ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk
menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
d. Tahap keempat; verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah
rekomendasi, konsep, atau teori.
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan
sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya
dalam bentuk sebuah hasil karya baru. (Mulyasa, 2006: 192).
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru
kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan
yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan
serta mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam
pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul
kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena
mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Siswa
harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai
informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya perlu
proses penukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan dalam rangka pencapaian
pemahaman yang sama terhadap materi standar yang harus dikuasai siswa.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar
yang memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola siswa,
mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan
mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan
peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara
parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai
berikut:(1) melakukan appersepsi, (2)melakukan
eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar yang akan
dicapai, serta menggunakan variasi metode, (3) melakukan konsolidasi
pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam pembentukan kompetensi siswa dan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa, (4) melakukan penilaian, yaitu
mengumpulkan fakta-fakta dan data/dokumen belajar siswa yang valid untuk
melakukan perbaikan program pembelajaran. Untuk melakukan pembelajaran yang
efektif , guru harus memerhatikan beberapa hal, sebagai berikut: (1)
pengelolaan tempat belajar, (2) pengelolaan siswa, (3) pengelolaan kegiatan
pembelajaran, (4) pengelolaan konten/materi pelajaran, dan (5) pengelolaan
media dan sumber belajar. (Rusman, 2010: 325-326).
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu
proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara
guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan ( not under
pressure) (Mulyasa, 2006:194). Dengan kata lain,
pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru
dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra
belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar
dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak
ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu
merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih
dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.Ada empat
aspek yang memengaruhi model PAIKEM, yaitu pengalaman, komunikasi, interaksi,
dan refleksi. Apabila dalam suatu pembelajaran terdapat empat aspek tesebut,
maka pembelajaran PAIKEM terpenuhi.
a) Pengalaman
Aspek pengalaman ini siswa diajarkan dapat belajar mandiri. Di dalamnya
terdapat banyak cara untuk penerapannya antara lain seperti eksperimen,
pengamatan, penyelidikan , dan wawancara. Aspek pengalaman ini siswa belajar
banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung.
b) Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, misalnya;
mengemukakan pendapat, peresentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja.
Kegiatan ini siswa dapat mengungkapakan gagasan, dapat mengkonsolidasi
pikirannya, mengeluarkan gagasannya, memancing gagasan orang lain, dan membuat
bangunan makna mereka dapat diketahui oleh guru.
c) Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya jawab, dan
saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang
diperbuat oleh siswa-siswa berpeluang untuk terkorelasi dan makna yang
terbangun semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d) Refleksi
1. Aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa
yang telah diperbuat/dipikirkan oleh siswa selama mereka belajar. Hal ini
dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah dikeluarkan
oleh siswa dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini siswa diharapkan
juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru. . (Rusman, 2010:
325-329).
A. Ciri-ciri PAIKEM
Secara garis besar, ciri-ciri PAIKEM menurut pelatihan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) adalah sebagai berikut:
a) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat (learning to do).
b) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan
bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
d) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
e) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri
dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam
siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Sedangkan menurut Rose dan Nocholl dalam (Jamal Ma’mur Asmani,
2011:84) mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan
adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan lingkungan tanpa stres (rileks), yaitu
lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun dengan harapan akan
mendapatkan kesuksesan yang lebih tinggi.
b. Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan.
c. Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah
positif. Pada umumnya, hal tersebut dapat terjadi ketika belajar dilakukan
bersama orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu rehat dan
jeda yang teratur, serta dukungan antusias.
d. Melibatkan secara sadar semua indra dan otak kiri
maupun kanan.
e. Menentang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke
depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari, dan sebanyak mungkin
kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
PAIKEM merupakan sebuah
model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip
utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi (siswa
berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi,
lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman
belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau
melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa
memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa
yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung
dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan,
penyelidikan dan/atau wawancara). (Jamal Ma’mur Asmani, 2011:84).
B. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
PAIKEM
a. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak
desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak
bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu.
Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir
kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus
kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan,
tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya,
guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk
melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti
apayang dimaksud
b. Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, kreatif,
Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus
tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu
mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan
belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk
membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak,
kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut
menjadi optimal.
c. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan
atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak
dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak
akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat
individunya berkembang
d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah.
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan
kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir
tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang
keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata
“Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM.
Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti
itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa
untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang
dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi,
karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil
pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran
karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya
untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar,
tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan
dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan
lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan
seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram
g. Memberikan umpan balik yang
baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk
interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap
kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun
harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam
menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa
hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru
berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa
daripada hanya sekedar angka
h. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan
sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi bangku dan meja diatur berkelompok serta
siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya
dari PAIKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering
bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan
merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah
tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau
takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan
penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun
dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAIKEM’.
C. Prinsip-PrinsipPAIKEM
Pelaksanaan pembelajaran yang
mengutamakan aspek keaktifan, kreatifitas dan inovatif, sehingga membuat
pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan, menuntut guru untuk menguasai
berbagai metode mengajar serta keterampilan dasar mengajar. Penguasaan berbagai
metode mengajar tersebut akan memberi keleluasaan untuk memilih metode yang
sesuai dengan metode yang sesuai dengan tujuan, materi, peserta didik dan
aspek-aspek lainnya, sehingga prinsip-prinsip PAIKEM dapat diterapkan secara
optimal.
Prinsip-prinsip pembelajaran
PAIKEM antara lain:
1. Mengalami : Peserta
didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional. Melalui
pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna kepada sisa dari pada
hanya mendengarkan;
2. Komunikasi :
Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan
peserta didik;
3. Interaksi :
Kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah.
4. Refleksi : Kegiatan
pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah
dilakukan. Proses refleksi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian proses pembelajaran.
E. Langkah-Langkah PAIKEM
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu
didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil
maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP, kegiatan pembelajaran terdiri
dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya dinyatakan dalam jam
pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45
menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka
untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini
guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan
kegiatan mandiri.
a) Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik
ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah
interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran
kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi
dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah
ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka kegiatan tatap muka lebih
disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan menggunakan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan
seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau
demonstrasi.
b) Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak
dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus
maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran
dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. Kegiatan tugas terstruktur
merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta
didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang
disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi
ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran
kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah,
ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
c) Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri
inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi
prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing,
applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai
kompetensi secara maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
1) karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum
memadai;
2) sumber referensi terbatas;
3) jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
4) alokasi waktu terbatas; dan
5) jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek
pengetahuan) atau bahan banyak. (Tim Pengembang MKDP, 2012; 24).
2.1. Model Pembelajaran Kelompok Dengan Pengaman
Model pembelajaran kelompok dengan
pengaman adalah pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa
kelompok (biasanya menjadi tiga kelompok), masing-masing kelompok melakukan
kegiatan yang berbeda. Dalam satu pertemuan, anak didorong harus mampu
menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian. Apabila dalam
pergantian kelompok terdapat anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih
cepat daripada temannya, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain
selama dalam kelompok lain masih ada tempat. Jika sudah tidak ada tempat,
anak-anak tersebut dapat bermain pada tempat tertentu yang sudah disediakan
oleh guru, dan tempat itulah yang disebut dengan kegiatan pengaman. Pada
kegiatan pengaman sebaiknya disediakan alat-alat yang lebih bervariasi dan
sering diganti sesuai dengan tema atau subtema yang dibahas.
Adapun strategi yang dapat dilakukan guru dalam
menerapkan model pembelajaran kelompok dengan pengaman ini adalah sebagai
berikut :
a.
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas yang meliputi penataan ruangan maupun pengorganisasian peserta didik yang
sesuai dengan kebutuhan dan program yang direncanakan akan membantu pencapaian
pembelajaran yang optimal. Untuk itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan kelas adalah :
• Penataan perabot
di ruangan harus disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
• Pengelompokkan meja dan kursi anak
disesuaikan dengan kebutuhan sehingga ruang gerak peserta didik leluasa.
Susunan meja kursi dapat berubah-ubah. Pada waktu mengikuti kegiatan, anak
tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat juga duduk di tikar/karpet.
• Dinding dapat
digunakan untuk menempelkan sarana yang dipergunakan sebagai sumber belajar dan
hasil kegiatan anak, tetapi jangan terlalu banyak sehingga dapat mengganggu
perhatian anak.
• Peletakan dan
penyimpanan alat bermain diatur sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya
sehingga dapat melatih anak untuk pembiasaan yang ingin dicapai seperti
kemandirian, tanggung jawab, membuat keputusan, kebiasaan mengatur kembali
peralatan dan sebagainya.
Alat bermain untuk kegiatan pengaman diatur
dalam ruangan, sehingga dapat berfungsi apabila diperlukan oleh peserta didik.
b.
Langkah-langkah Kegiatan
Kegiatan belajar
mengajar dengan model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Kegiatan
Pendahuluan/Awal
Kegiatan pendahuluan/awal dilaksanakan secara klasikal
artinya kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas, dalam satu
satuan waktu dengan kegiatan yang sama dan sifatnya pemanasan, misalnya
berdiskusi dan tanya jawab tentang teman dan sub teman atau pengalaman yang
dialami anak. Jika pada waktu diskusi terjadi kejenuhan diharapkan guru membuat
variasi kegiatan, misalnya kegiatan fisik/motorik atau permainan yang melatih
pendengaran anak.
2)
Kegiatan
Inti
Sifat dari kegiatan ini adalah kegiatan yang
mengaktifkan perhatian, kemampuan dan sosial emosi anak. Kegiatannya terdiri
dari bermacam-macam kegiatan bermain yang dipilih dan disukai anak agar dapat
bereksplorasi, bereksperimen, meningkatkan pengertian-pengertian, konsentrasi,
memunculkan inisiatif, kemandirian dan kreativitasnya serta dapat membantu dan
mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik.
Pada kegiatan ini anak terbagi beberapa kegiatan
kelompok, artinya dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok
anak melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Pengorganisasian anak saat kegiatan
pada umumnya dengan kegiatan kelompok, namun ada kalanya diperlukan menggunakan
kegiatan klasikal maupun individual.
Sebelum anak dibagi menjadi kelompok, guru menjelaskan
kegiatan atau hal-hal yang berkaitan dengan tugas masing-masing kelompok secara
klasikal. Pada kegiatan inti dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok.
Guru bersama anak dapat memberi nama masing-masing kelompok. Anak diberi
kebebasan untuk memilih kegiatan yang ada pada kelompok yang diminatinya dan
tempat yang disediakan. Semua anak hendaknya secara bergantian mengikuti
kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh guru. Setelah anak dapat mengikuti
secara teratur, maka anak boleh memilih kegiatan sendiri dengan tertib.
Anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya
lebih cepat dari pada temannya dapat meneruskan kegiatan di kelompok lain. Jika
tidak tersedia tempat, anak tersebut dapat melakukan kegiatan di kegiatan
pengaman.
Fungsi kegiatan pengaman adalah :
a)
Sebagai tempat kegiatan anak yang telah
menyelesaikan tugasnya lebih cepat sehingga tidak mengganggu teman lain.
b)
Untuk
memotivasi anak agar cepat menyelesaikan tugasnya.
c)
Untuk
mengembangkan aspek emosional, sosial, kemandirian, kerja sama dan kreativitas
anak.
Sebaiknya
alat-alat yang disediakan pada kegiatan pengaman lebih bervariasi dan sering
diganti disesuaikan dengan teman atau sub tema yang dibahas. Pada waktu
kegiatan kelompok berlangsung, guru tidak berada di satu kelompok saja
melainkan juga memberikan bimbingan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan walaupun peserta didik tersebut berada di kelompok lain.
3)
Istirahat/Makan
Kegiatan ini
kadang-kadang dapat digunakan untuk mengisi indikator/kemampuan yang hendak dicapai
yang berkaitan dengan kegiatan makan, misalnya tata tertib makan, jenis makanan
bergizi, rasa sosial dan kerjasama. Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang
tersisa dapat digunakan untuk bermain dengan alat permainan di luar kelas yang
bertujuan mengembangkan fisik/motorik. Apabila dianggap waktu untuk istirahat
kurang, guru dapat menambah sendiri waktu istirahat dengan tidak mengambil
waktu kegiatan lainnya, misalnya bermain sebelum kegiatan awal atau sesudah
kegiatan penutup.
4)
Penutup
Kegiatan yang
dilaksanakan pada kegiatan penutup menenangkan anak dan diberikan secara
klasikal, misalnya membaca cerita dari buku, pantomin, menyanyi, atau apresiasi
musik dari berbagai daerah.
Kegiatan ini diakhiri dengan tanya jawab
mengenai kegiatan yang berlangsung, sehingga anak memaknai kegiatan yang
dilaksanakan.
c. Penilaian
Selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung guru hendaknya mencatat segala hal yang terjadi
baik terhadap program kegiatannya maupun terhadap perkembangan peserta didik.
Segala catatan guru digunakan sebagai bahan masukan bagi keperluan penilaian.
(http://www.kata-bijak.web.id/2014/08/makalah-tentang-model-pembelajaran.html)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.Siswa tidak memungkiri metode “PAIKEM” sama dengan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan” merupakan
metode yang sangat mengerti dan memahami kondisi siswa.
Ada empat aspek yang memengaruhi model PAIKEM, yaitu pengalaman,
komunikasi, interaksi, dan refleksi. Apabila dalam suatu pembelajaran terdapat
empat aspek tesebut, maka pembelajaran PAIKEM terpenuhi.
Model pembelajaran kelompok dengan
pengaman adalah pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa
kelompok (biasanya menjadi tiga kelompok), masing-masing kelompok melakukan
kegiatan yang berbeda. Dalam satu pertemuan, anak didorong harus mampu
menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian.
3.2.
Saran
Dari
kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu sebagai
berikut.
1. Sangatlah
perlu pendekatan pembelajaran PAIKEM ini diberlakukan disekolah.
2. Model
pembelajaran kelompok dengan sudut pengaman sangatlah cocok digunakan untuk
sekolah TK yang lahannya terbatas seperti TK penukis.